Thursday, January 17, 2013

JURNAL ILMIAH CONTOH PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIOLOGI




NAMA                   :  1. PUKKA HERMAN  (1A111128 )
                                   2. WAHYU KURNIAWAN ( 17110021 )

  
JURNAL ILMIAH CONTOH PENELITIAN TINDAKAN KELAS BIOLOGI


Contoh Penelitian Tindakan Kelas Biologi
            Selamat datang di Jurnal Pendidikan. Sobat Jurnal Pendidikan Pada kesempatan kali ini admin akan berbagi artikel tentang Contoh PTK Biologi dengan judul "Pemahaman Konsep Keanekaragaman Tumbuhan Dengan Memanfaatkan Lingkungan Sekolah Dalam Pembelajaran Biologi Di SLTP" yang disusun oleh sobat I Ketut Ardana (Jurusan Pendidikan Dasar - Fakultas Ilmu Pendidikan,IKIP Negeri Singaraja). atau mungkin sobat pendidikan ingin terlebih dahulu membaca posting sebelumnya yang membahas tentang "Contoh Penelitian Minyak Kelapa :: Pembuatan Minyak Kelapa Dari Santan Secara Enzimatis Menggunakan Enzim Papain Dengan Penambahan Ragi Tempe".semoga bermanfaat.





PEMAHAMAN KONSEP KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN DENGAN MEMANFAATKAN LINGKUNGAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SLTP


ABSTRAK
            Hasil observasi pendahuluan pada beberapa SLTP Negeri di kotamadyaDenpasar menunjukkan bahwa terdapat beberapa kendala yang dihadapi guru-guru dalam proses pembelajaran. Salah satu kendalanya adalah sulit menanamkan pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan kepada siswa. Adapun tujuan dari penelitian tindakan ini adalah(1) Untuk mengetahui bahwa pemanfaatan lingkungan sekolah dapat meningkatkan pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan, (2) Untuk meningkatkan kemampuan siswa mengerjakan tugas secara berkelompok dalam memahami konsep keanekaragaman tumbuhan. Data diperoleh melalui tes dan penggunaan pedoman observasi, data diolah dengan persentase. Hasil analisis data diperoleh keberhasilan belajar pada siklus I ; 71,79 %, siklus II ; sebesar 84,62 % dan pada siklus III, sebesar 94,874 %. Jadi menunjukkan ada peningkatan pembelajaran siswa dari siklus I sampai dengan siklus III. Dengan demikian, pemanfaatan lingkungan sekolah dapat meningkatkan pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan pada siswa. Kerjasama siswa dalam menyelesaikan tugas secara berkelompok juga meningkat, terbukti semakin aktifnya diskusi dalam kelompok dan kemampuan mengerjakan tugas kelompok semakin cepat dan sempurna.

Kata kunci :Pemahaman Konsep, Keanekaragaman Tumbuhan dan Lingkungan Sekolah.


ABSTRACT
The result of preliminary observation at some SLTPN 10 Denpasar Municipality, showed that there were some difficulties faced by the teacher in the learning process. One of them was that it was difficult to teach concept understanding of plant diversity to the students. The purposes of this action research were (1) to fine out whether or not the benefit of school environment could improvethe concept understanding of plant diversity, (2) to improve the student's ability in completing the group task in studying the plant diversity. The data were obtained from the test and observation, they were analyzed by the use of percentage. The result of data analysis showed the learning success in cycle I, 71,79%, in cycle II, 84,62%, and in cycle III, 94,87%. The showed that there was good improvement from cycle I, to cycle III. There fore the benefit of school environment could improve the student's concept understanding of plant diversity. The student's cooperation in completing the group task improve, seen from their activities in group discussion and their ability in completing the task.

Keywords : Concept understanding, plant diversity, and school environment.


1. Pendahuluan

            Berdasarkan observasi pendahuluan pada beberapa sekolah di Denpasar,seperti SLTPN 1, 2, 5 dan 10 Kotamadya Denpasar terdapat beberapa kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran biologi. Salah satu kendalanya adalah dalam mengajarkan konsep keanekaragaman tumbuhan. Menurut para guru penanaman konsep keanekaragaman tumbuhan pada siswa sangat sulit. Kesulitan itu disebabkan sulitnya siswa menghafal nama-nama tumbuhan yang ada, referensi yang kurang, waktu terbatas dan jam mengajar guru cukup padat.

            Dari hasil wawancara dengan para guru biologi SLTPN 10 Kodya Denpasar juga diperoleh keterangan bahwa lingkungan sekolah belum pernah dimanfaatkan dalam proses pembelajaran, khususnya keanekaragaman tumbuhan. Temuan ini sesuai dengan pendapat Arief (1996) bahwa dalam proses belajar mengajar biologi guru masih dominan untuk memindahkan ilmu pengetahuan kepada siswa tanpa membuat siswa aktif dalam belajar. Pada kenyataannya guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran biologi. Menurut Sukmadinata (1988), guru yang baik adalah guru yang berhasil dalam pengajaran, yaitu guru yang dapat mempersiapkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang dirumuskan dalam kurikulum. Sudah banyak tulisan yang menyoroti tentang lingkungan, tetapi penelitian - penelitian tersebut belum menyentuh langsung tentang upaya peningkatan pemahaman konsep khususnya konsep keanekaragaman tumbuhan. Proses pembelajaran dengan metode ceramah dalam pembelajaran biologi cenderung membuat siswa menjadi pasif, dan tidak ada keinginan siswa untuk mencoba melakukan penelitian sederhana dalam belajar. Dengan demikian mempelajari biologi, khususnya keanekaragaman tumbuhan diperlukan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses.Pendekatan keterampilan proses melatih siswa untuk melakukan pengamatan dan mencoba secara langsung masalah yang diamati dalam proses pembelajaran.

            Menurut Funk dan Harlen (1993), keterampilan proses merupakan keterampilan intelektual yang dipergunakan untuk memproses informasi yang diperoleh dalam pembelaiaran. Sebagaimana dimuat dalam Depdikbud (1994) bahwa pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan dalam proses belajar mengajar yang menekankan kepada pembentukan keterampilan memperoleh dan mengkomuni-kasikan perolehannya. Dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses diharapkan mencapai sasaran belajar sesuai dengan tujuan kurikulum pengajaran seperti dikemukakan oleh Bloom meliputi aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek sikap (affective domain), dan aspek keterampilan (psychomotor domain) (Darmodjo dan Kaligis, 1992). Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan yang dianggap paling tepat untuk pengajaran biologi.

            Dalam penelitian Sarjono (2000) dinyatakan, penerapan keterampilan proses siswa sangat kurang sehingga siswa menunjukkan ketidakmampuan mengekspresikan ide-ide dengan cara mereka sendiri. Pada sisi lain juga terlihat bahwa rata-rata NEM IPA pada SLTPN di Jawa Timur masih rendah, seperti tahun 1996/1997 sebesar 5,18, 1997/1998 sebesar 4,81 dan tahun 1998/1999 sebesar 4,74, sedangkan rata-rata NEM IPA pada SLTPN 10 Kotamadya Denpasar tahun 1998/1999 sebesar 5,29, lebih rendah dibanding bidang studi lain seperti Matematika (6,26), PPKN (7,16), Bahasa Indonesia (6,76), IPS (6,47), dan Bahasa Inggris (7,70).

            Menyimak gejala-gejala tersebut di atas diperlukan peningkatan pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan pada siswa. dan pelaksanaannya dalam pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Lingkungan sekolah adalah segala sesuatu yang berada di sekitar sekolah, meliputi lingkungan hidup (biotik) seperti tumbuh-tumbuhan dan hewan serta lingkungan yang tidak hidup (abiotik) seperti tanah, air, udara, iklim dansinar matahari (Depdikbud, 1994). Sehubungan dengan hal tersebut Kimmins (1997) menyatakan ada dua komponen penting di lingkungan organisme yaitu faktor abiotik (fisik dan kimia) dan biotik. Lingkungan inilah dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran biologi di SLTPN 10 Kotamadya Denpasar.

            Menurut Rifai (1992) anak didik harus diakrabkan dengan upaya-upaya nyata pelestarian keanekaragaman hayati di lingkungan sekitarnya seperti mengadakan kunjungan ke kebun koleksi bibit, taman kota, halaman sekolah, kebun binatang, cagar alam dan sebagainya. Kunjungan tersebut akan menambah wawasan mereka tentang pentingnya pemanfaatan sumber daya keanekaragaman hayati, secara bijaksana terutama dalam proses belajar. Dampak lain dari upaya tersebut menyebab-kan siswa memahami arti penting dari keanekaragaman khususnya keanekaragaman tumbuhan. Sulasmi (2000) menyatakan keanekaragaman tumbuhan merupakan bentuk penampilan atau perwujudan alamiah yang berbeda-beda dari tumbuhan yang terdapat di suatu wilayah. Perwujudan alamiah tersebut dapat berupa ciri atau sifat morfologi, anatomi, fisiologi, genetik dan ekosistem dari tumbuhan.

            Dari latar belakang dan landasan teori di atas, masalah dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut. (1) Apakah pemanfaatan lingkungan sekolah dalam pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan pada siswa kelas IB SLTPN 10 Kotamadya      Denpasar? (2) Apakah pemanfaatan lingkungan sekolah dapat meningkatkan kemampuan siswa mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) secara berkelompok dalam memahami konsep keanekaragaman tumbuhan?

            Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah. (1) untuk meningkatkan pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan pada siswa kelas IB SLTPN 10 Kotamadya Denpasar, dan (2) untuk meningkatkan kemampuan siswa mengerjakan lembar kegiatan secara berkelompok dalam memahami konsep keanekaragaman tumbuhan.

2. Metode Penelitian
            Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Dilaksanakannya penelitian tindakan kelas di SLTPN 10 Kotamadya Denpasar karena kendala yang muncul dalam proses pembelajaran seperti kurangnyapemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan pada siswa. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu upaya perbaikan proses pembelajaran oleh guru, sebab hanya gurulah yang paling tahu tentang keadaan kelas yang dikelolanya. Lewin (dalam Kemmis dan McTaggart, 1988) mendeskripsikan penelitian tindakan sebagai tindakan berkelanjutan dari langkah-langkah berbentuk spiral, setiap langkah (siklus) berisi perencanaan,pelaksanaan tindakan, observasi (evaluasi) dan refleksi tindakan. Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi antara peneliti dengan guru biologi kelas I SLTPN 10 Kotamadya Denpasar. Penelitian ini berlangsung tiga siklus, setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu(1) tahap perencanaan, meliputi: pembekalan kepada guru, penyusunan model pembelajaran, penyiapan instrumen tes (pretes, postes), lembar observasi dan membentuk kelompok belajar siswa, (2) tahap pelaksanaan tindakan, meliputi: pelaksanaan kegiatan dari perencanaan yang dibuat, (3) tahap observasi, yaitu pengamatan dari pelaksanaan tindakan melalui pedoman observasi, dan (4) tahap refleksi, yaitu menganalisis dan memberi pemaknaan dari pelaksanaan tindakan, sehingga dapat dibuat perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.

            Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan alat tes dan pedoman observasi. Tes digunakan untuk memperoleh data tentang peningkatan pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan pada siswa. Alat tes yang digunakan terdiri atas 25 item soal pada setiap siklus, sehinggajumlah soal dari ketiga siklus menjadi berjumlah 75 item. Agar dalam penyusunan tes dapat mengukur aspek yang diperlukan dan sesuai dengan pokok dan sub pokok bahasan yang diajarkan, maka terlebih dahulu disusun kisi-kisi tes (Sujana, 1989). Selanjutnya tes yang telah disusun diakukan uji coba terlebih dahulu agar tes (instrumen) dapat dipergunakan untuk menjaring data secara akurat. Kaitannya dengan uji coba tes tersebut maka dilakukan (a) uji validitas, (b) uji reliabilitas, (c) uji tingkat kesukaran, dan (d) uji daya beda. Selanjutnya, setelah tes tersebut memenuhi syarat sesuai dengan persyaratan tes yang baik barulah tes tersebut digunakan menjaring data dalam penelitian, seperti mengadakan pretes dan postes pada setiap siklus. Siswa yang dianggap tuntas belajar, bila telah mencapai nilai 6,5 ke atas atau 65%, siswa yang mendapat nilai kurang dari 6,5 dinyatakan belum tuntas belajar. Pengadaan postes dilaksanakan pada setiap akhir siklus sedangkan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa digunakan pedoman observasi. Untuk mendukung hasil pengamatan, peneliti juga melakukan perekaman kegiatan proses pembelajaran dengan menggunakan kamera foto.

           
            Data yang telah terkumpul dianalisis dengan rumus persentase. Selanjutnya, nilai yang diperoleh siswa di cocokkan kedalam tabel konversi nilai dengan skala lima. Hasil analisis ini digunakan untuk mencari ketuntasan belajar. Menurut Depdikbud (1994) ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 85% dari siswa memperoleh nilai 6,5 atau 65%, artinya siswa baru dapat dikatakan tuntas bila siswa telah mendapat nilai minimal 6,5. Bila siswa memperoleh nilai kurang dari 6,5 dianggap belum tuntas belajar, selanjutnya bagi siswa yang bersangkutan dimasukkan kedalam satu atau dua kelompok tergantung dari jumlah siswa yang belum tuntas bekajar. Siswa inilah yang mendapatkan perhatian (fokus) dari guru saat pelaksanaan tindakan pada siklus-siklus berikutnya.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan           
            3.1 Hasil Penelitian
                        Setahun sebelum penelitian yang sebenarnya dimulai terlebih dahulu peneliti bersama guru biologi dan siswa kelas I pada tahun 1999/2000 tepatnya tanggal 9 Agustus 2000 mengadakan penanaman tumbuh-tumbuhan di halaman sekolah SLTPN 10 kotamadya Denpasar. Tujuannya adalah untuk menambah jenis keanekaragaman tumbuhan di lingkungan sekolah, sehingga nantinya lingkungan sekolah sudah mendukung pelaksanaan penelitian. Adapun jenis-jenis tumbuhan yang ditanam meliputi: pacar air, bunga mawar, bunga kembang sepatu, bogenvil, cempaka, puring, palma dan tumbuhan paku, seperti paku suplir, paku sarang burung dan paku tanduk rusa. Pada saat penelitian tumbuhan tersebut telah tumbuh dengan sempurna, karena selama ini tumbuhan tersebut telah dipelihara dengan baik oleh petugas disekolah. Pada saat penanaman tersebut siswa diberikan tugas menyusun laporan secara berkelompok mulai dari pemilihan tanaman yang akan ditanam sampai pada tumbuhnya tanaman tersebut.

            Selanjutnya, penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus. Pada siklus I dilakukan tiga kali pertemuan, membahas tentang konsep alga, jamur dan lumut, masing-masing pertemuan memerlukan waktu 2 x 45 menit. Pembagian waktunya 10 menit motivasi awal dari guru dan pembagian kelompok, 30 menit kegiatan di lapangan dan 40 menit diskusi kelas serta presentasi hasil dan 10 menit kemudian diakhiri dengan rangkuman oleh guru. Setiap siklus diawali dengan pretes dan pada akhir siklus diadakan postes. Hasil pengamatan pada pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut, yakni (a) guru telah memulai pembelajaran dengan memberi motivasi pada siswa dan mengakhiri dengan membuat rangkuman, (b) pada setiap kegiatan guru telah berusaha mendampingi siswa, (c) kerja kelompok siswa masih kurang aktif, terutama kelompok 5, 6, dan 7 yang aktif kelompok 1, 2, 3, dan 4, (d) dari hasil postes ada sebanyak 28 orang atau 71,79% siswa telah tuntas belajar, sedangkan 11 orang atau 28,21% siswa belum tuntas belajar. Hasil refkeksi pada siklus I adalah (a) keaktifan siswa dalam kerja kelompok kurang, (b) siswa belum mampu membuat kesimpulan dengan benar, (c) guru mendorong siswa berani mengajukan dan menjawab pertanyaan, dan (d) terdapat 71,79% siswa telah tuntas belajar dan 28,21% siswa belum tuntas belajar.

            Dari refleksi tindakan pada siklus I disusun rencana tindakan siklus II sebagai berikut, yakni (1) guru merubah susunan kelompok dengan memasukkan siswa yang kurang berhasil menjadi dua kelompok (kelompok 1 dan kelompok 2), (2) memasukkan siswa yang belum tuntas kedalam dua kelompok tadi, (3) guru harus lebih memfokuskan perhatian kepada siswa yang belum tuntas, (4) guru menyarankan siswa bekerja lebih sistematis, dan (5) siswa diwajibkan membaca pelajaran minimal sehari sebelumnya.

            Pada siklus II dilaksanakan satu kali pertemuan, konsep yang dibahas adalah tumbuhan paku dengan rincian waktu 2 x 45 menit. Pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran secara umum sama dengan siklus I, kecuali focus perhatian guru pada dua kelompok yang belum tuntas. Hasil pengamatan tindakan pada siklus II sebagai berikut, yakni (a) diskusi kelompok meningkat, (b) siswa aktif berdiskusi dan bertanya, (c) setiap kelompok mampu menyelesaikan tugasnya, (d) dari hasil postes terdapat 33 orang atau 84,62% siswa sudah tuntas belajar, sedangkan 6 orang atau 15,38% yang belum tuntas belajar. Refleksi tindakannya adalah (a) siswa telah aktif dalam pembelajaran, (b) siswa aktif mengajukan dan menjawab pertanyaan, (c) siswa lebih cepat menyelesaikan tugas dan (d) masih terdapat 15% siswa yang belum tuntas belajar.

            Dari refleksi tindakan pada siklus II, kemudian disusun rencana tindakan pada siklus III sebagai berikut, yakni (1) guru merubah susunan kelompok, dengan memasukkan 6 orang siswa yang belum berhasil kedalam satu kelompok yaitu kelompok 1, (2) guru lebih memfokuskan perhatian kepada kelompok siswa yang belum tuntas, dan (3) guru membagi model pembelajaran siklus selanjutnya pada akhir pertemuan siklus II.

            Pada siklus III dilaksanakan tiga kali pertemuan, masing-masing 2 x 45 menit, konsep yang dibahas adalah tumbuhan biji (Spermatophyta) meliputi: tumbuhan biji terbuka (Gymnospermae), tumbuhan biji tertutup (Angiospermae). Pembagian waktu dan teknik pelaksanaannya secara umum sama dengan siklus I dan siklus II. Hasil pengamatan tindakan pada siklus III adalah sebagai berikut, yakni (a) guru melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, (b) kerja kelompok siswa berjalan baik, (c) siswa aktif berdiskusi dan mengajukan pertanyaan, (d) aktivitas kelompok yang menjadi focus penelitian berjalan dengan baik dan aktif, (e) dari hasil postes terdapat 94,87% (37 orang) yang telah tuntas belajar, sedangkan 5,13% (2 orang) belum tuntas belajar dari 39 orang siswa yang menjadi subjek penelitian. Refleksi tindakan pada siklus III sebagai berikut: (a) kerja sama kelompok dan keaktifan berjalan dengan baik, (b) Kelompok yang menjadi fokus penelitian mampu meningkatkan pemahaman konsepnya, (c) tingkat ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 94,87% atau sebanyak 37 orang berarti sudah berada di atas 85%, dan (d) pelaksanaan siklus berikutnya tidak diperlukan kagi.

            Dari ketiga siklus tersebut diperoleh hasil secara berturut-turut, yaitu (a) 71,79% pada siklus I, (b) 84,62% pada siklus II, dan (c) 94,87% pada siklus III. Artinya ada peningkatan pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan yang dikuasai oleh siswa kelas IB SLTPN 10 kotamadya Denpasar dalam proses pembelajaran biologi. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan berbunyi pemanfaatan lingkungan sekolah secara optimal dapat meningkatkan pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan pada siswa kelas IB SLTPN 10 Kotamadya Denpasar dapat diterima, karena telah terbukti kebenarannya.

3.2 Pembahasan
            Pemanfaatan lingkungan sekolah dalam pembelajaran biologi dapat meningkatkan pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan pada siswa. Hal ini telah terbukti dari hasil pelaksanaan tindakan pada setiap siklus seperti diuraikan dalam bab IV yaitu pada hasil penelitian. Dari data tersebut terdapat peningkatan pemahaman konsep siswa yang sangat meyakinkan, artinya lingkungan sekolah sangat mendukung bila dimanfaatkan dalam proses pembelajaran karena dapat mempercepat pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan pada siswa kelas IB SLTPN 10 Kotamadya Denpasar. Temuan ini sesuai dengan pendapat Arief (1996) yang menyatakan penggunaan media dalam bentuk asli akan lebih bermakna bagi anak didik dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan biologi dibandingkan media bentuk model, gambar dan sketsa. Temuan ini juga didukung oleh penelitian Lisowski dan Disinger (1984) yang mengemukakan bahwa konsepsi siswa mengenai konsep ekologi dan pengaruh strategi pengajaran lapangan dapat meningkatkan pemahaman mereka dan retensi pada konsep ini. Senada dengan temuan tersebut Yount dan Horton (1992) mengemukakan bahwa siswa yang memiliki sikap terhadap lingkungan yang lebih baik akan dapat mengambil keputusan yang lebih baik pula dalam upaya pelestarian lingkungan sekitarnya.

            Bila dibandingkan dengan temuan peneliti lain yang dirujuk, maka penelitian ini mempunyai karakteristik tersendiri yaitu pemanfaatan tumbuhan yang ada di lingkungan sekolah dalam upaya mempercepat pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan pada siswa. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi siswa, seperti(1) siswa memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu yang berupa “keterampilan proses” atau metode ilmiah, (2) gairah belajar siswa meningkat, tercermin dari keaktifan siswa dalam melakukan kegiatan di lapangan dan di kelas, dan (3) belajar menjadi bermakna, karena setelah konsepnya dipahami maka konsep tersebut lebih lama dapat diingat. Temuan ini didukung oleh pendapat Arikunto (1990) bahwa lingkungan sekolah merupakan sesuatu yang dekat dengan dunia siswa dan mudah dikenal dalam kehidupan sehari-hari, serta lingkungan sekolah merupakan tempat yang menunjang sebagian dari kebutuhan siswa.

            Penelitian ini juga berguna bagi guru, karena (1) guru dapat memperdalam pendekatan dan metode yang digunakan, (2) guru menjadi lebih profesional, karena meningkatnya pengetahuan dan pemahaman tentang PTK. Temuan ini didukung oleh Susilo (2000) menyatakan bahwa guru yang terampil melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah guru yang selalu mau meningkatkan proses pembelajaran yang dikelolanya.
           
            Implikasi penelitian ini bagi sekolah adalah sekolah memiliki guru yang profesional dan sekolah dapat menambah koleksi tumbuhan yang berguna dalam proses pembelajaran, keindahan, kesejukan, dan pelestarian lingkungan. Tidak kalah penting artinya temuan ini bagi peneliti karena (1) dapat meningkatkan pengetahuan tentang PTK, (2) mengenal lebih dalam pembelajaran biologi di SLTP, dan (3) dapat merintis kerja sama kemiteraan dengan sekolah dan guru.

            Pemanfaatan lingkungan sekolah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan LKS secara berkelompok. Hal ini dapat terwujud karena pada setiap pelaksanaan tindakan, guru selalu membentuk kelompok-kelompok yang terdiri atas lima sampai enam orang siswa, baru kemudian dibagikan LKS. Kelompok ini tidak selalu tetap, karena pada setiap siklus selalu berubah susunan anggotanya. Perubahan ini bertujuan (a) memudahkan guru membimbing siswa, (b) membiasakan siswa bekerja secara berkelompok pada setiap orang, dan (c) meningkatkan keaktifan berdiskusi dengan suasana baru, serta siswa akan lebih bergairah belajar.

            Pada siklus I ada tiga kelompok yang belum aktif seperti kelompok 4, 6, dan kelompok 7. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa kelompok ini belum aktif berdiskusi, belum dapat menyelesaikan tugas dengan tuntas dan belum mampu membuat kesimpulan dengan benar. Dentsch (dalam Lazarowith dan Slavin, 1984) menyatakan agar pembelajaran dapat berlangsung secara kerja kelompok, maka siswa harus mempersiapkan diri saling tergantung secara positif antara anggota kelompok lain.

            Pada siklus II dengan diadakan perubahan susunan kelompok dan fokus guru lebih diarahkan pada kelompok yang kurang tuntas, ternyata dapat meningkatkan aktivitas kelompok menjadi lebih baik dan aktif. Kenyataan ini terlihat pada (a) masing-masing kelompok mampu menyelesaikan tugasnya, dan (b) siswa telah berani mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan temannya. Hal ini menunjukkan kerja sama kelompok dapat dibangun dari kesadaran masing-masing individu dalam kelompok. Temuan ini didukung pendapat Slavin (1986) bahwa ciri khusus yang membentuk belajar kelompok adalah metode ini mendorong siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab.

            Pada siklus III dirubah lagi susunan kelompoknya. Perubahan ini diperlukan karena pada siklus II masih ada enam orang siswa yang belum tuntas belajar, walaupun secara umum kerja kelompok sudah menunjukkan aktivitas yang baik. Dimasukkannya siswa yang belum tuntas ke dalam satu kelompok, ternyata dapat memacu mereka untuk belajar dan berkarya lebih baik, ini dibuktikan pada siklus III hasil postes mencapai 94,87%. Dengan hasil tersebut berarti pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan dan kemampuan siswa mengerjakan tugas secara berkelompok berada dalam kategori baik.

4. Penutup

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai Berikut.
  1. Pemanfaatan lingkungan sekolah dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman konsep keanekaragaman tumbuhan pada siswa. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya peningkatan ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus, yaitu 71,79% pada siklus I, 84,62% pada siklus II, dan 94,87% pada siklus III.
  2. Ketuntasan belajar pada siklus III yaitu 94,87% telah melampaui dari standar baku yaitu 85%, sehingga pembelajaran sudah dianggap tuntas.
  3. Kerja sama kelompok semakin meningkat pada setiap siklus. Keberhasilan ini ditunjukkan dengan aktifnya siswa dalam diskusi kelompok dan diskusi kelas, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa.
  4. Guru semakin kreatif dan profesional karena dengan pengalaman mengadakan PTK guru mendapatkan bekal dalam peningkatan profesional dan pengembangan proses pembelajaran di kelasnya.



Berdasarkan kesimpulan di atas dapat disarankan sebagai berikut.
  1. Pemerintah dalam membangun sekolah diharapkan supaya membuat halaman yang rindang dan kaya akan keanekaragaman tumbuhan, sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran biologi, pelestarian lingkungan dan keindahan.
  2. Kepada Depdiknas agar memberikan perhatian kepada guru-guru sehingga memahami dan mampu melakukan PTK, sehingga dapat mengikuti masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran di sekolahnya.
  3. Bagi kepala sekolah disarankan agar memberikan peluang kepada gurunya untuk mengembangkan kreativitas dan profesionalismenya dalam pembelajaran, sehingga guru tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan tetapi mendorong siswa menemukan atau membuktikan teori melalui pengalaman langsung.
  4. Bagi guru diharapkan selalu menambahkan pengetahuan gagasan baru dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan gairah belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA
  1. Arief, A. 1996. “Menciptakan Situasi Belajar Mengajar yang Dinamis”. Jurnal Chimera 1 (1)/96:5 – 21.
  2. Arikunto, S. 1990. Lingkungan Sebagai Sumber Belajar di Sekolah. Jakarta: Dirjen Dikti P2Tk. Depdikbud.
  3. Arikunto, S. 1999. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumiaksara.
  4. Darmodjo, H, & Kaligis, J.R.E. 1992. Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti P2TK.
  5. Depdikbud. 1994. Kurikulum SLTP. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikdas & Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
  6. Depdikbud. 1999. Penelitian Tindakan (Action Research). Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikdasmen, Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
  7. Funk, J., & Harlen, W. 1993. The Teaching in Science. London: David Fulton Publisher.
  8. Kemmis, S., & Mc Taggart, R. 1988. The Action Research Planer. Victoria: Deakin University Press.
  9. Kimmins, J.P. 1997. Forest Ecology, A Foundation for Sustainable Management. Second Edition. New Jersey 07458: Prentice-Hall, Inc
  10. Lazarowitz, C.W., & Slavin, R. 1984.Learning to Cooperative, Cooperative to Learn. New York: Plenum Press.
  11. Lisowski, M. dan Disinger, J.F. 1987. Cognitive Learning in The Environment: Secondary Students. ERIC/SMEAC Environment Education Digest No. 1, 1987.(http://www.ed.gov/databases/ERIC_Digests/ed.286756-html.13-1-97).
  12. Rifai, M.A. 1992. Keanekaragaman Hayati dalam Kelas Sekolah. Surabaya: FPMIPA IKIP Surabaya.
  13. Sardjono. 2000. Permasalahan Pendidikan di Sekolah dan Upaya Pemecahannya. Malang: Dirjen Dikti Depdiknas.
  14. Sujana, N.1989. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung : Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.
  15. Slavin, R. 1986. Cooperative Learning Theory, Research and Practice (2nd). Boston: Allyn and Bacon.
  16. Sukmadinata, N.S. 1988. Prinsip dan Landasan Perkembangan Kurikulum. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. P2LPTK.
  17. Sulasmi. E.S. 2000. Pengajaran Keanekaragaman Tumbuhan di SMU, Permasalahan dan Pemecahannya. Malang: Depdiknas UM, FMIPA. Makalah, 23 Pebruari 2000.
  18. Susilo, H. 2000. Pentingnya Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru Masa Depan. Malang: Depdiknas Universitas Negeri Malang. Disajikan dalam Seminar Pemberdayaan Penalaran dengan Tema Penyiapan Generasi yang Berkualitas Melalui Pengembangan Penalaran Siswa SLTP di SLTPN 2 Malang 15 April 2000.
  19. Tim Peneliti Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti P2GSM (Secondary School Teacher Development Project).
  20. Yount, J.R & Horton, P.B. 1992. Factor Influenching Environmental Attitude: The Relationship Between Environmental Attitude Defensibility and Cognitive Reasoning Level. Jurnal of Research in Science Teaching 29(10)1051-1077.
sumber: undiksha.ac.id
http://jurnalpendidikanislam.blogspot.com/2012/09/contoh-ptk-biologi-penelitian-tindakan.html#.UPS_5GdaH51

Tuesday, November 20, 2012

Aplikasi Cloud Computing


Cloud Computing adalah gabungan pemanfaatan teknologi komputer(‘komputasi‘) dan pengembangan berbasis Internet (‘awan’). Awan (cloud) adalah metefora dari internet, sebagaimana awan yang sering digambarkan di diagram jaringan komputer. Sebagaimana awan dalam diagram jaringan komputer tersebut, awan (cloud) dalam Cloud Computing juga merupakan abstraksi dari infrastruktur kompleks yang disembunyikannya. Ia adalah suatu metoda komputasi di mana kapabilitas terkait teknologi informasi disajikan sebagai suatu layanan (as a service), sehingga pengguna dapat mengaksesnya lewat Internet(“di dalam awan”)  tanpa mengetahui apa yang ada didalamnya, ahli dengannya, atau memiliki kendali terhadap infrastruktur teknologi yang membantunya. Menurut sebuah makalah tahun 2008 yang dipublikasiIEEE Internet Computing “Cloud Computing adalah suatu paradigma di mana informasi secara permanen tersimpan di server di internet dan tersimpan secara sementara di komputer pengguna (client) termasuk di dalamnya adalah desktop, komputer tablet, notebook, komputer tembok, handheld, sensor-sensor, monitor dan lain-lain.” Itu semua menurut Wikipedia.
Untuk itu Cloud computing tidak lama lagi akan menjadi realita, dan ini akan memaksa para IT professional untuk cepat mengadaptasi yang dimaksud dengan teknologi ini. Akibat dari keadaan sosial ekonomi yang terus mengalami revolusi yang sangat cepat sehingga melahirkan cloud computing, dimana teknologi ini dibutuhkan untuk kecepatan dan realibilitas yang lebih dari teknology yang sebelumnya sehingga teknologi ini nantinya akan mencapai pada tingkat investasi dalam term cloud service yang cepat dan mudah.
Cloud sudah hadir di depan kita saat ini, namun apa itu cloud ? kemana tujuanya ? dan apa resikonya? dan bagaimana organisasi IT mempersiapkan ini ? itulah pertanyaan yang setidaknya akan hadir oleh beberapa praktisi ataupun peminat IT, Cloud computing pada dasaranya adalah menggunakan Internet-based service untuk meng support business process. Cloud service biasanya memiliki beberapa karakteristik, diantaranya adalah:
Sangat cepat di deploy, sehingga cepat berarti instant untuk implementasi.
  • Nantinya biaya start-up teknologi ini mungkin akan sangat murah atau tidak ada dan juga tidak ada investasi kapital.
  • Biaya dari service dan pemakaian akan berdasarkan komitmen yang tidak fix.
  • Service ini dapat dengan mudah di upgrade atau downgrade dengan cepat tampa adanya Penalty.
  • Service ini akan menggunakan metode multi-tenant (Banyak customer dalam 1 platform).
  • Kemampuan untuk meng customize service akan menjadi terbatas.
Teknologi cloud akan memberikan kontrak kepada user untuk service pada 3 tingkatan:
  • Infrastructure as Service, hal ini meliputi Grid untuk virtualized server, storage & network. Contohnya seperti  Amazon Elastic Compute Cloud dan Simple Storage Service.
  • Platform-as-a-service: hal ini memfokuskan pada aplikasi dimana dalam hal ini memungkinkan developer untuk tidak memikirkan hardware dan tetap fokus pada application development nya tampa harus mengkhawatirkan operating system, infrastructure scaling, load balancing dan lainya. Contoh nya yang telah mengimplementasikan ini adalah Force.com dan Microsoft Azure investment.
  • Software-as-a-service: Hal ini memfokuskan pada aplikasi denga Web-based interface yang diakses melalui Web Service dan Web 2.0. contohnya adalah Google AppsSalesForce.com dan social network application seperti FaceBook.
Beberapa investor saat ini masih mencoba untuk mengekplorasi adopsi teknologi cloud ini untuk dijadikan bisnis sebagaimana  Amazon dan Google telah memiliki penawaran khusus pada untuk teknologi cloud,Microsoft dan IBM juga telah melakukan investasi jutaan dollar untuk ini.
Melihat dari tren ini kita dapat memprediksi masa depan, standard teknologi akan menjadi lebih sederhana karena ketersediaan dari banyak cloud service.

Resiko Cloud computing

Sebagaimana yang dikatakan sebagai bisnis service, dengan teknologi cloud anda sebaiknya mengetahui dan memastikan apa yang anda bayar dan apa yang anda investasikan sepenuhnya memang untuk kebutuhan anda menggunakan service ini. Anda harus memperhatikan pada beberapa bagian yaitu:
  • Service level – Cloud provider mungkin tidak akan konsisten dengan performance dari application atau transaksi. Hal ini mengharuskan anda untuk memahami service level yang anda dapatkan mengenai transaction response time, data protection dan kecepatan data recovery.
  • Privacy - Karena orang lain / perusahaan lain juga melakukan hosting kemungkinan data anda akan keluar atau di baca oleh pemerintah U.S. dapat terjadi tampa sepengetahuan anda atau approve dari anda.
  • Compliance - Anda juga harus memperhatikan regulasi dari bisnis yang anda miliki, dalam hal ini secara teoritis cloud service provider diharapkan dapat menyamakan level compliance untuk penyimpanan data didalam cloud, namun karena service ini masih sangat muda anda diharapkan untuk berhati hati dalam hal penyimpanan data.
  • Data ownership – Apakah data anda masih menjadi milik anda begitu data tersebut tersimpan didalam cloud? mungkin pertanyaan ini sedikit aneh, namun anda perlu mengetahui seperti hal nya yang terjadi pada Facebook yang mencoba untuk merubah terms of use aggrement nya yang mempertanyakan hal ini.
  • Data Mobility – Apakah anda dapat melakukan share data diantara cloud service? dan jika anda terminate cloud relationship bagaimana anda mendapatkan data anda kembali? Format apa yang akan digunakan ? atau dapatkah anda memastikan kopi dari data nya telah terhapus ?
Untuk sebuah service yang masih tergolong kritis untuk perusahaan anda, saran terbaik adalah menanyakan hal ini se detail detailnya dan mendapatkan semua komitmen dalam keadaan tertulis. Di dalam Komputasi awan pun ada  suatu konsep umum yang mencakup SaaS,Web 2.0, dan tren teknologi terbaru lain yang dikenal luas, dengan tema umum berupa ketergantungan terhadap Internet untuk memberikan kebutuhan komputasi pengguna. Sebagai contoh, Google Appsmenyediakan aplikasi bisnis umum secara daring yang diakses melalui suatu penjelajah web dengan perangkat lunak dan data yang tersimpan di server.
Nah, karena fitur yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari (terutama mahasiswa) dokumen-dokumen text dan presentasi, berikut ini cara-cara menggunakan Google Docs untuk pemula.
1. Sebelum masuk ke dalam Google Docs, pastikan kalian sudah memiliki akun universal Google. Apa itu akun universal Google? Jadi sekarang Google sudah mengintegrasikan akun Gmail untuk semua layanan fasilitas Google. Nah, kalau udah punya Gmail, gunakan akun itu untuk semua fasilitas Google.
2. Setelah pastikan anda memiliki aklun Google, sekarang saya minta anda untuk yakinkan diri anda bahwa anda sudah memiliki akun Google, kalau belum yakin silahkan kembali ke langkah pertama.
3. Bukan www.docs.google.com dan masukan akun Google.com pada bagian login.
 4. Setelah masuk ke Google Docs, nah ini adalah halaman tampak muka awal Google Docs, di bagian tengah yang paling jumbo sendiri itu nantinya akan diisi oleh dokumen yang kita miliki di Google Docs, yang pernah diedit dengan Google Docs atau dokumen orang lain yang mengundang kita untuk membaca / mengedit dokumen tersebut.
5. Untuk memulai kerja kita bisa memilih tombol “create new” atau langsung bekerja dengan membuka file yang sudah ada di kotak jumbo yang berisi daftar koleksi dokumen.
Nah, setelah bisa masuk ke Google Docs, kita bisa mulai bekerja, namun sebelumnya ada beberapa tips untuk menggunakan Google Docs.
1.   Fasilitas Upload dokumen
Di Microsoft Office atau atau Open Office, kita biasa mengenal perintahopen document namun pada Google Docs ada 2 pilihan untuk membuka dokumen, yang pertama memilih dokumen di halaman awal Google Docs dan mengupload dokumen agar menjadi bagian dari dokumen online di dalam list koleksi Google Docs. Jadi kalau kita mau membuka dokumen di Google Docs caranya cukup mudah, langsung saja klik upload dan buka file yang sudah di upload.
2. Fasilitas Download dokumen
Sama seperti yang diatas, kita bisa menyimpan dokumen kita di server Google, namun kita juga bisa menyimpang file yang telah kita olah di Google Docs dengan cara memilih opsi file > download as. di download as ini memiliki banyak format penyimpanan dokumen walaupun tidak sekaya program office berbayar. Untuk menyimpan dokumen secara online, kita tidak perlu mengklik save atau semacamnya sebagaimana program Office yang biasa kita gunakan, Google Docs akan menyimpang otomatis semua yang kita kerjakan tanpa harus mengklik suatu perintah khusus.
3. Fasilitas See Revision History
See Revision History OMG! Fasilitas ini bener-bener keren, ketika kita salah dalam mengerjakan sesuatu atau kita tidak setuju dengan pekerjaan teman kita yang telah mereka edit, kita dapat kembali ke editan sebelumnya dengan menggunakan See Revision History.  Coba deh tombol tersebut. Nanti disebelah kanan kita akan ada pilihan waktu editan dokumen dan coba klik salah satu waktu mundur.
4. Sharing and Privacy
Kita dapat mengelola aksesibilitas dokumen kita dengan menggunakan sharing and privacy, umumya ketika kita membuat dokumen baru dokumen akan terbatas hanya untuk kita saja
 Nah, kalau kita ingin mendistribusikan file kita ke orang teman atau rekan kerja kita, kita dapat menambahkan alamat email teman kita agar mereka dapat mengakses dokumen ini dengan cara mengklik tulisanPrivate to only me  disebelah gambar gembok.
 Masukan nama akun google, alamat email atau groups yang kita inginkan untuk menggunakan dokumen kita, pada bagian kanan kita dapat memilih apakah mereka dapat mengrubah dokumen (can edit) atau hanya dapat membaca (can read). Pada saat mengundang teman, kita juga dapat memasukan pesan khusus saat mengundang teman kita.
5. Mencetak(printing)
Dengan Google Docs kita bisa langsung mencetak dokumen dan mengatur halaman seperti layaknya “page setup” di aplikasi office lainnya.
6. Translate document
Yang menarik dibandingkan dengan aplikasi Office lainnya, Google Docs memiliki kemampuan untuk menerjemahkan dokumen karena sudah built in dengan layanan Google Translate. Walaupun hasilnya tidak mungkin 100% benar karena menggunakan algoritma komputer seperti layaknya Google Translate. Namun layanan ini hasilnya lumayan juga (ketahuan deh suka pake Google Translate :p)
Caranya mudah, pilih tools > translate document, lalu ketik nama file baru dengan hasil terjemahan dan pilih bahasanya. Nantinya dokumen terjemahan akan menjadi dokumen baru yang terpisah dari dokumen awal dengan bahasa aslinya.
7. Bisa diakses dimana saja!
Nggak perlu lagi bawa flashdisk dan semacamnya, dengan Google Docs ini kamu bisa mengakses dokumen yang kamu buat dimana saja asalkan ada koneksi internet. selain itu Google dengan Google Docs kita nggak perlu repot-repot mengirim dokumen lewat email agar teman kita dapat membaca dokumen yang kita buat, cukup berikan akses kepada mereka lewat sharing settings, lalu mereka dapat membaca dan mendownload dokumen kita tanpa harus membuka email.

Wednesday, October 10, 2012

Computer Vision

Computer Vision merupakan bidang yang meliputi metode untuk memperoleh, mengolah, menganalisis, dan gambar pengertian dan, pada umumnya, tinggi-dimensi data dari dunia nyata untuk menghasilkan informasi numerik atau simbolis, misalnya, dalam bentuk keputusan. Sebuah tema dalam pengembangan bidang ini telah untuk menduplikasi kemampuan penglihatan manusia secara elektronik mengamati dan memahami gambar. Pemahaman gambar dapat dilihat sebagai menguraikan informasi simbolis dari gambar Data menggunakan model dibangun dengan bantuan geometri, fisika, statistik, dan teori belajar. Computer Vision juga telah digambarkan sebagai perusahaan mengotomatisasi dan mengintegrasikan berbagai proses dan representasi untuk persepsi penglihatan.

Aplikasi berkisar dari tugas-tugas seperti sistem visi mesin industri yang, katakanlah, periksa botol ngebut oleh pada lini produksi, untuk penelitian kecerdasan buatan dan komputer atau robot yang dapat memahami dunia di sekitar mereka. The visi komputer dan bidang mesin visi memiliki tumpang tindih yang signifikan. Visi komputer meliputi teknologi inti dari analisis citra otomatis yang digunakan di berbagai bidang. Visi mesin biasanya mengacu pada proses menggabungkan analisa citra otomatis dengan metode lain dan teknologi untuk menyediakan inspeksi otomatis dan bimbingan robot dalam aplikasi industri.

Sebagai suatu disiplin ilmu, visi komputer berkaitan dengan teori di balik sistem buatan bahwa ekstrak informasi dari gambar. Data gambar dapat mengambil banyak bentuk, seperti urutan video, dilihat dari beberapa kamera, atau multi-dimensi data dari scanner medis.

Sebagai disiplin teknologi, Computer Vision (visi komputer) berusaha untuk menerapkan teori dan model untuk pembangunan sistem Computer Vision (visi komputer).  


Contoh aplikasi Computer Vision (visi komputer) mencakup sistem untuk:

  • Controlling processes (mengontrol proses) seperti industrial robot (robot industri);
  • Navigation (Navigasi), misalnya, oleh sebuah kendaraan yang otonom atau robot mobil;
  • Detecting events (mendeteksi kejadian), seperti kamera pengintai atau yang banyak dikenal dengan CCTV;
  • Organizing information (pengorganisasian informasi), seperti mengindeks basis data citra dan rangkaian gambar;
  • Modeling objects or environments (Permodelan objek atau lingkungan), misalnya, analisis citra medis atau topografi model;
  • Interaction (Interaksi), misalnya, sebagai masukan ke perangkat Interaksi Manusia dan Komputer;
  • Automatic inspection (Inspeksi Otomatis), seperti manufaktur aplikasi.

Sub-domain visi komputer termasuk adegan rekonstruksi, acara deteksi, pelacakan video, pengenalan obyek, belajar, pengindeksan, gerak estimasi, dan gambar restorasi.

Dalam kebanyakan aplikasi praktis visi komputer, komputer adalah pra-diprogram untuk menyelesaikan tugas tertentu, namun metode berdasarkan pembelajaran yang sekarang menjadi semakin umum.
 

Penerapan Telematika


Ragam bentuk yang akan disajikan merupakan aplikasi yang sudah berkembang diberbagai sektor, maka tidak menutup kemungkinan terjadi tumpang tindih. Semua kegiatan dengan istilah work and play dapat menggunakan telematika sebagai penunjang kinerja usaha semua usaha dalam semua sektor, sosial, ekonomi dan budaya. Bentuk-bentuk tersebut adalah.
  1. E-goverment

    E-goverment dihadirkan dengan maksud untuk administrasi pemerintahan secara elektronik. Di Indonesia ini, sudah ada suatu badan yang mengurusi tentang telematika, yaitu Tim Koordinasi Telematika Indonesia (TKTI). TKTI mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan dan mempelopori program aksi dan inisiatif untuk menigkatkan perkembangan dan pendayagunaan teknologi telematika di Indonesia, serta memfasilitasi dan memantau pelaksanaannya.Tim tersebut memiliki beberapa terget. Salah satu targetnya adalah pelaksanaan pemerintahan online atau e-goverment dalam bentuk situs/web internet. Dengan e-goverment, pemerintah dapat menjalankan fungsinya melalui sarana internet yang tujuannya adalah memberi pelayanan kepada publik secara transparan sekaligus lebih mudah, dan dapat diakses (dibaca) oleh komputer dari mana saja.

    E-goverment juga dimaksudkan untuk peningkatan interaksi, tidak hanya antara pemerintah dan masyarakat, tetapi juga antar sesama unsur pemerintah dalam lingkup nasional, bahkan intrernasional. Pemerintahan tingkat provinsi sampai kabupaten kota, telah memiliki situs online. Contohnya adalah DPR, DKI Jakarta, dan Sudin Jaksel. Isi informasi dalam e-goverment, antara lain adalah profil wilayah atau instansi, data statistik, surat keputusan, dan bentuk interaktif lainnya.
  2. E-commerce
  3. Prinsip e-commerce tetap pada transaksi jual beli. Semua proses transaksi perdagangan dilakukan secara elektronik. Mulai dari memasang iklan pada berbagai situs atau web, membuat pesanan atau kontrak, mentransfer uang, mengirim dokumen, samapi membuat claim.
    Luasnya wilayah e-commerce ini, bahkan dapat meliputi perdagangan internasional, menyangkut regulasi, pengiriman perangkat lunak (soft ware), erbankan, perpajakan, dan banyak lagi. E-commerce juga memiliki istilah lain, yakni e-bussines. Contoh dalam kawasan ini adalah toko online, baik itu toko buku, pabrik, kantor, dan bank (e-banking). Untuk yang disebut terakhir, sudah banyak bank yang melakukan transaksi melalui mobile phone, ATM (Automatic Teller Machine – Anjungan Tunai Mandiri) , bahkan membeli pulsa.

  4. E-learning

    Globalisasi telah menghasilkan pergeseran dalam dunia pendidikan, dari pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka. Di Indonesia sudah berkembang pendidikan terbuka dengan modus belajar jarah jauh (distance lesrning) dengan media internet berbasis web atau situs.
Kenyataan tersebut dapat dimungkinkan dengan adanya teknologi telematika, yang dapat menghubungkan guru dengan muridnya, dan mahasiswa dengan dosennya. Melihat hasil perolehan belajar berupa nilai secara online, mengecek jadwal kuliah, dan mengirim naskah tugas, dapat dilakukan.

Peranan web kampus atau sekolah termasuk cukup sentral dalam kegiatan pembelajaran ini. Selain itu, web bernuansa pendidikan non-institusi, perpustakaan online, dan interaksi dalam group, juga sangatlah mendukung. Selain murid atau mahasiswa, portal e-learning dapat diakses oleh siapapun yang memerlukan tanpa pandang faktor jenis usia, maupun pengalaman pendidikan sebelumnya.

Hampir seluruh kampus di Indonesia, dan beberapa Sekolah Menegah Atas (SMA), telah memiliki web. Di DKI Jakarta, proses perencanaan pembelajaran dan penilaian sudah melalui sarana internet yang dikenal sebagai Sistem Administrasi Sekolah (SAS) DKI, dan ratusan web yang menyediakan modul-modul belajar, bahan kuliah, dan hasil penelitian tersebar di dunia internet.

Bentuk telematika lainnya masih banyak lagi, antara lain ada e-medicine, e-laboratory, e-technology, e-research, dan ribuan situs yang memberikan informasi sesuai bidangnya. Di luar berbasis web, telematika dapat berwujud hasil dari kerja satelit, contohnya ialah GPS (Global Position System), atau sejenisnya seperti GLONAS dan GALILEO, Google Earth, 3G, dan kini 4G, kompas digital, sitem navigasi digital untuk angkutan laut dan udara, serta teleconference.